RESUME
“Peran pesychologi umum dalam proses memperoleh kemahiran dalam
berbahasa asing”
Di ajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “Pesikologi
Belajar Bahasa Arab”.
Di susun oleh:
Kelompok
II
NUR LATFAH (112200578)
PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)-B/V
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA
HASANUDIN BANTEN
2013
“Peran pesychologi umum dalam proses memperoleh kemahiran dalam
berbahasa asing”
Kita semua mengetahui, bahwa penguasaan suatu bahasa asing
merupakan pengetahuan yang harus diperoleh melalui suatu proses. Kita semua
mengetahui pula, bahwa belajar bahasa asing berarti mempelajari semua aspek bahasa
yang satu sama lain merupakan suatu kesatuan. Untuk menentukan taraf akhir
pelajaran bahasa sebetulnya tidak mungkin, karena setiap tahap pengetahuan dan
penguasaan merupakan landasan untuk dikembangkan lebih lanjut. Jadi yang
biasanya di rumuskan sebagai suatu tujuan pengajaran bahasa ialah bukan
penguasaan yang sempurna, melainkan penguasaan atau kemahiran taraf tertentu
sesuai dengan tingkat belajarny, misalnya untuk tingkat permulaan :
1.
Kemampuan
menerapkan struktur dasar.
2.
Kemampuan
mengerti dan menangkap ungkapan sederhana lisan dan tuliasan.
3.
Kemampuan
mengungkapkan diri secara sederhana dalam bahasa lisan maupun tulisan.
Dengan meningkatkan taraf-taraf kemampuan melalui berbagai tahap
akhirnya yang harus dicapai ialah: kemampuan berfikir dalam bahasa asing yang
mencakup mengerti dan menangkap ungkapan dalam bahasa asing serta mengungkapkan
diri dalam bahasa asing secara lisan maupun tertulis dengan lancer tanpa
menerjemahkan dahulu dalam bahasa ibunya.
Proses belajar bahasa asing secara formal mempunyai 2 tahap:
1.
Tahap
di mana siswa masih menggunakan medium bahasa ibunya yaitu untuk menangkap
sesuatu ia menerjemahkan dari bahasa asing ke bahasa ibu. Untuk mengungkapkan
diri ia menerjemahkan dari bahasa ibu ke bahasa asing.
2.
Tahap
belajar langsung, di mana siswa berusaha untuk membentuk hubungan langsung
antara bahasa asing dan proses berfikir dan kebutuhan untuk terjemahan sudah
mulai ditinggalkan.
Pengajaran bahasa asing secara secara formal mengajarkan
pengetahuan teori dahulu yang dipakai sebagai dasar dalam latihan menggunakan
bahasa tersebut.cara berfikir bahasa asing secara non formal ialah di mana orang
langsung menggunakan bahasa asing, misalnya karena ia berada di Negara itu
sendiri. Belajar secara non formal ini hanya mempunyai satu tahap, karena dalam
belajar langsung mempergunakan bahasa tanpa teori orang sekaligus belajar
berfikir dalam bahasa tersebut.
Biasanya belajar bahasa dengan cara ini membutuhkan
waktu lebih sedikit daripada belajar secara formal. Pada umumnya siswa paling
banyak baru mencapai tahap 1 kalau mereka meninggalkan sekolah menengah, jadi
setelah belajar 6 tahun. Di sini menjadi jelas, bahwa belajar teori secara
dominan merupakan cara yang tidak baik, karena melalui pengetahuan teori bahasa
penguasaan praktis tidak selalu bisa dicapai. Kebalikanya, para pengikut aliran
metode langsung menghendaki orang belajar bahasa asing seperti anak belajar
bahasa ibu.
Ketidakpuasan
terhadap hasil pengajaran bahasa asing dewasa ini ialah karena metode
terjemahan dan metode tata bahasa masih banyak dipergunakan, yang sebenarnya
sudah lama harus ditinggalkan. Para guru bahasa asing hendaknya menyadari,
bahwa hanya dengan latihan penerapan tata bahasa dan struktur-struktur bahasa
atau pola-pola kalimat sebanyak mungkin pengusaan bahasa asing bisa dicapai,
bahkan hubungan langsung antara bahasa dan proses berfikir bisa berkembang.
Sebelumnya
sudah diterangkan bahwa ada 2 metode untuk belajar bahasa asing:
1. Belajar langsung tanpa teori.
2. Belajar 2 tahap tanpa teori.
Belajar bahasa asing secara langsung
tidak melalui teori biasanya biasanya sama
dengan cara orang belajar bahasa ibu, yaitu melalui kebiasaan, mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Tetapi penggunaan bahasa sebagai alat
komunikasi tidak bisa seluruhnya diperoleh melalui cara tersebut.
Menurut
belyeyev untuk mempelajari bahasa asing kita bisa menempuh salah satu dari 3
cara berikut :
1. Belajar ketrampilan secara intuitif
melalui metode langsung atau melalui praktek, kemudian diikuti dengan latihan
untuk memperoleh teori secara intuitif.
2. Belajar teori melalui kesadaran di
sekolah diikuti dengan memperoleh ketrampilan melalui kesadaran.
3. Belajar teori melalui kesadaran di
sekolah diikuti dengan memperoleh ketrampilan secara intuitif.
Dari ketiga cara ini hanya yang ketiga saja yang dibenarkan oleh ilmu
psychologi, sedangkan yang banyak dipakai dewasa ini ialah masih cara yang
kedua. Siswa kita biasanya hanya memiliki pengetahuan dan ketrampilan
berdasarkan pengetahuan saja, sedangkan yang dituntut ialah kebiasaan yang
mantap dalam mengungkapkan diri dan ketrampilan yang berdasarkan teori
dilengkapi dengan rasa bahasa. Kelemahan-kelemahan dalam memperhitungkan aspek
psychologi dalam mempelajari bahasa
asing ini tentunya merupakan akibat langsung dari tehnik pengajaran bahasa yang
tidak sempurna. Ini antaralain disebabkan karena masih banyak guru yang sudah
puas dengan memakai metode terjemahan atau metode tata bahasa dan menghindari
latihan-latihan struktur, sedangkan tanpa latihan-latihan ini tidak mungkin
kita mengajarkan bahasa asing dengan hasil yang baik. Sebagai kebalikanya
metode langsung merupakan suatu metode yang hanya didasarkan atas segi
praktisnya saja tanpa memperhitungkan teori tata bahasa. Kedua metode ini
bertentangan satu sama lain.
Pengusaan suatu bahasa secara intuitif
diperoleh dari penguasaan materi secara sadar, yang kemudian dimantapkan dengan
latihan praktis yang menuju ke pembentukan rasa bahasa. Kemampuan berbahasa
secara intuitif ialah suatu kemampuan yang terdiri atas kombinasi dari hasil
belajar secara rasional dan latihan-latihan praktis yang menuju ke pembentukan
rasa bahasa. Guru bahasa yang tidak memperhitungkan factor-faktor ini tidak
akan mencapai hasil yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar